Riwayat Imam Syafi’i (muqaddimah)

آمنت بالله ومما جاء عن الله على مراد الله وآمنت برسول الله ومما جاء عن رسول الله على مراد رسول الله

Aku beriman kepada Allah dan apa yang datang dari-Nya sesuai dengan apa yang dimaksudkan Allah. Aku beriman kepada Rasul-Nya dan apa yang datang darinya sesuai dengan apa yang dimaksudkan Rasullullah. (luma'atul i'tiqod hal.36, manhaj Imam Syafi'i fi itsbatil aqidah:I/83)


Oleh Ustaz Syed Hasan Alatas

Imam Syafi’i salah seorang Ulama Fiqih (hukum Islam) yang terkenal dan mempunyai pengikut yang ramai di Negara-Negara yang ramai penduduk Islamnya terutama di Indonesia dan Malaysia. Beliau di lahirkan pada tahun 150 H di Gaza. Imam Syafi’i menghabiskan seluruh hidupnya untuk mengkaji hal-hal yang berkenaan Hukum Islam.

Disamping itu beliau juga salah seorang ahli sya’ir yang terkenal dengan sya’irnya yang indah dan berisi. Syairnya-syairnya ibarat untaian mutiara yang gemerlapan, penuh dengan ungkapan-ungkapan balaghah, hikmah, dan nasihat yang bernilai tinggi. Imam Syafi’i pencinta Ilmu Pengetahuan semenjak kecil lagi. Beliau biasa mengkhatamkan al-Quran sebanyak enam puluh kali, terutama dalam bulan Ramadhan, terutama dibacanya ketika sholat. Imam Syafi’i seorang yang suka berderma dari apapun harta yang dimilikinya.

Hidupnya sangat sederhana terutama dalam makan dan minum. Beliau tidak pernah makan kenyang semenjak usia enam belas tahun. Karena kekenyangan akan menambah berat badan, mengeraskan hati, menumpulkan otak, membawa mengantuk dan malas beribadah, demikian kata Imam Syafi’i.

Imam Syafi’i wafat selepas magrib malam Juma’at, akhir bulan Rajab, dan jenazah beliau dikebumikan pada hari Jum’at, tahun 204 Hijriyah di Mesir. Ramai Ulama yang mengakui kejujuran, keadilan, kezuhudan, kewara’an, dan akhlak yang mulia yang dimiliki oleh Imam Syafi’i. Selama hidupnya penuh dengan petunjuk dengan sifat taqwanya yang tinggi dan hidupnya jauh dari kesesatan dan kejahatan.

Beliau jujur dalam Hukum-Hukumnya, berlandaskan Kebenaran dan Keadilan Allah s.w.t. yang disanjung tinggi. Hukum-Hukumnya ibarat bintang-gemintang yang menjadi perhiasan angkasa raya. Beliau suka merantau untuk menambah Ilmu Pengetahuan dan mengamalkannya untuk kepentingan Ummat. Untaian mutiara pesanan yang ditinggalnya sangatlah banyak antara lain beliau berpesan:

* Pergilah (merantaulah) dengan penuh keyakinan, niscaya akan engkau temui lima kegunaan, yaitu Ilmu Pengetahuan, Adab, pendapatan, menghilangkan kesedihan, mengagungkan jiwa, dan persahabatan.
* Sungguh aku melihat air yang tergenang membawa bau yang tidak sedap. Jika ia terus mengalir maka air itu akan kelihatan bening dan sehat untuk diminum. Jika engkau biarkan air itu tergenang maka ia akan membusuk.
* Singa hutan dapat menerkam mangsanya, setelah ia meninggalkan sarangnya. Anak panah yang tajam tak akan mengenai sasarannya, jika tidak meninggalkan busurnya.
* Emas bagaikan debu, sebelum ditambang. Pohon cendana yang tetancap ditempatnya, tak ubah seumpama kayu bakar (kayu api).
* Jika engkau tinggalkan tempat kelahirnmu, engkau akan menemui derajat yang mulia ditempat yang baru, dan engkau bagaikan emas sudah terangkat dari tempatnya.

Masa kecil beliau

Semenjak kecil Syafi’i telah hafal al-Quran dan banyak dari Hadis Nabi s.a.w. Dimana beliau mendengar ada orang Alim, maka beliau segera menemuinya untuk menimba Ilmu Pengetahuan. Ketika berusia masih kecil yaitu 14 tahun, beliau menceritakan hasratnya kepada ibundanya yang sangat dikasihinya tentang keinginannya untuk menambahkan Ilmu Pengetahuan dengan cara merantau.

Mulanya Ibundanya berat untuk melepaskan Syafi’i, karena beliaulah seorang yang menjadi harapan ibunya untuk menjaganya di hari tuanya. Demi ketaatan dan kecintaan Syafi’i kepada Ibundanya, maka mulanya beliau terpaksa membatalkan keinginannya itu, demi kasih sayangnya kepada ibunya itu. Meskipun demikian akhirnya ibundanya mengizinkan Syafi’i untuk memenuhi hajatnya untuk menambah Ilmu Pengetahuan.

Sebelumnya melepaskan Syafi’i berangkat, maka ibundanya mendo’akannya
:”Ya Allah Tuhan yang menguasai seluruh Alam ! Anakku ini akan meninggalkan aku untuk berjalan jauh, menuju keredhaanMu. Aku rela melepaskannya untuk menuntut Ilmu Pengetahuan peninggalan Pesuruhmu. Oleh karena itu aku bermohon kepadaMu ya Allah permudahkanlah urusannya. Peliharakanlah keselamatanNya, panjangkanlah umurnya agar aku dapat melihat sepulangnya nanti dengan dada yang penuh dengan Ilmu Pengetahuan yang berguna, amin!”

Selesainya berdo’a ibundanya memeluk Syafi’i kecil dengan penuh kasih sayang dan dengan linangan air mata karena sedih untuk berpisah. Sambil berkata: “Pergilah anakku Allah bersamamu !Insya-Allah engkau akan menjadi bintang Ilmu yang paling gemerlapan dikemudian hari. Pergilah sekarang karena ibu telah redha melepaskanmu. Ingatlah bahwa Allah itulah sebaik-baik tempat untuk memohon perlindungan ! Selepas ibunya mendo’akan Syafi’i, maka Syafi’i mencium tangan ibunya dan mengucapkan selamat tinggal kepada ibunya.

Sambil meninggalkan ibunda yang sangat dikasihinya dengan hati yang pilu Syafi’i melambaikan tangan mengucapkan salam selamat tinggal, dan mengharapkan ibundanya senantiasa mendo’akannya untuk kesejahteraan dan keberhasilannya dalam menuntut Ilmu Pengetahuan yang berguna.

Oleh karena kehidupannya yang sangat miskin, maka Syafi’i berangkat dengan tidak membawa perbekalan uang, kecuali dengan berbekalkan do’a ibunya dan cita-cita yang teguh untuk menambah Ilmu Pengetahuan sambil bertawakkal kepada Allah s.w.t.

Imam Syafi’i mengisahkan perpisahan dengan ibunya dengan mengatakan: “Sesekali aku menoleh kebelakang untuk melambaikan tangan kepada ibuku. Dia masih terjegat diluar pekarangan rumah sambil memperhatikan aku. Lama-kelamaan wajah ibu menjadi samar ditelan kabus pagi. Aku meninggalkan kota Makkah yang penuh barkah, tanpa membawa sedikitpun bekalan uang, apa yang menjadi bekalan bagi diriku hanyalah Iman yang teguh dan hati yang penuh tawakkal kepada Allah s.w.t.serta do’a restu ibuku sahaja. Aku serahkan diriku kepada Allah seru sekalian
Alam.”

imam syafi’i sewaktu berguru dengan imam malik

Betapa gembiranya Imam Malik karena mendapat seorang murid yang cerdas dan bijak seperti Syaf’i. Syaf’i semenjak kecil bukan saja telah hapal
seluruh isi al-Quran dan ribuan hadis Nabi s.a.w. malah beliau juga telah
hapal seluruh isi kitab Hadis Muwatta’ karangan Imam Malik bin
Anas, sebelumnya Syaafi’i bertemu dengan Imam Malik. Imam Syafi’i membagi malam kepada tiga bahagian yaitu:

* Sepertiga untuk Ilmu Pengetahuan
* Sepertiga untuk sholat
* Sepertiga untuk tidur

Rabi’ menerangkan bahwa Imam Syafi’i setiap hari menamatkan al-Quran
sekali, tetapi dalam bulan Ramadhan seluruhnya enam puluh kali, dan
semuanya dibaca ketika menunaikan ibadah Sholat. Imam Syafi’i sendiri
menerangkan bahwa beliau belum pernah bersumpah seumur hidupnya, baik ketika membenarkan sesuatu ataupun mendustakan sesuatu. Pernah disatu ketika ada orang bertanyakan sesuatu masaalah kepada beliau. Ketika itu Imam Syafi’i mendiamkan diri sejenak tidak langsung menjawabnya. Ketika beliau disoal mengapa berbuat demikian, maka Imam Syafi’i menjelaskan:

“Aku menunggu terlebih dahulu, sehingga aku mengetahui, mana yang lebih
baik aku diam ataupun menjawab pertanyaanmu.”

Ini menunjukkan bahwa Imam Syafi’i adalah orang yang sangat teliti dalam memberikan sesuatu fatwa, kepada seseorang yang bertanyakan sesuatu masaalah semasa.

Imam Syafi’i pernah mengatakan: “Pada suatu hari aku tidak punya uang sesenpun, sedangkan aku ingin benar menuntut Ilmu. Lalu aku pergi bekerja disebuah Dewan untuk mendapat sedikit belanja”. Ini menunjukkan bahwa Imam Syafi’i tidak berdiam diri ketika menemui kesulitan dalam
keuangan, terutama ketika menuntut Ilmu, beliau bersedia bekerja apa saja
yang halal, asalkan saja cita-citanya tercapai.

Imam Ghazali pernah menceritakan bahwa Imam Syafi’i juga adalah seorang Tokoh penting dalam kehidupan Sufi. Ia seorang yang sangat Taqwa tidak ingin bermegah-megahan dalam hal apapun juga. Berkenaan Ilmu Sufi, Imam Syafi’i berkata: “Saya ingin manusia itu mempelajari Ilmu ini, tetapi janganlah menyebut-nyebut namaku, dengan sepatah kata juapun”.

Diantara kata-kata yang bernilai sufi daripada Imam Syafi’i ialah:

* Orang yang zalim kepada dirinya, ialah orang yang merendahkan dirinya kepada orang yang tidak memuliakannya dan orang yang menyukai sesuatu benda yang tidak memberi manfaat kepadanya, begitu juga orang yang menerima sesuatu pujian dari seseorang yang lain yang tidak mengenalnya, dengan sesungguh-sungguhnya.

* Orang yang tidak diutamakan karena Taqwanya, tidaklah termasuk Orang Yang Utama.

* Siasat manusia lebih kejam daripada siasat binatang.

* Jikalau kuketahui bahwa ia dengan itu dapat mengurangi kehormatanku, meskipun aku haus, aku tidak akan meminumnya.

* Diantara tanda-tanda benar dalam Ukhuwah ialah menerima keritikan teman, menutupi aib teman, dan mengampuni kesalahannya.” Demikianlah kata-kata Hikmah dari Imam Syafi’i r.a.

sumber
http://www.shiar-islam.com

0 comments:

Post a Comment