No higher death risk in long-term coffee drinking

By Will Dunham

WASHINGTON (Reuters) - Long-term coffee drinking does not appear to increase a person's risk of early death and may cut a person's chances of dying from heart disease, according to a study published on Monday.

Previous studies have given a mixed picture of health effects from coffee, finding a variety of benefits and some drawbacks from the popular drink. The new study looked at people who drank caffeinated or decaffeinated coffee.

Researchers led by Esther Lopez-Garcia of Universidad Autonoma de Madrid in Spain followed 84,214 U.S. women from 1980 to 2004 and 41,736 U.S. men from 1986 to 2004.

They found that regular coffee drinking -- up to six cups a day -- was not associated with increased deaths among the study's middle-aged participants. In fact, the coffee drinkers, particularly the women, experienced a small decline in death rates from heart disease.

The study found no association between coffee consumption and cancer deaths.

"Our study indicates that coffee consumption does not have a detrimental effect," Lopez-Garcia, whose research appears in the journal Annals of Internal Medicine, said in a telephone interview. "It seems like long-term coffee consumption may have some beneficial effects."

There has been a debate among scientists about the health effects of drinking coffee, which typically contains the stimulant caffeine and a number of other important compounds.

The people who took part in the research completed questionnaires on how frequently they drank coffee, other diet habits, smoking and medical conditions. The researchers then studied the mortality risk over the period of the study among people with different coffee-drinking habits.

The study found that women who reported drinking two to three cups of caffeinated coffee per day had a 25 percent lower risk of death from heart disease than women who did not drink coffee. The researchers saw a smaller decreased risk for men but it was not statistically significant.

Drinking decaffeinated coffee was associated with a small reduction in overall mortality risk, the researchers said.

The people in the study had no history of cardiovascular disease or cancer when they entered it. The women were nurses and the men doctors, dentists and other health professionals.

Some studies have indicated coffee is a great source of antioxidants, substances that may protect against the effects of molecules called free radicals that can damage cells and may play a role in heart disease, cancer and other ailments.

Recent studies have offered a mixed picture on the health effects of coffee.

A study that came out in January found that pregnant women who drink two or more cups of coffee a day had twice the risk of miscarriage as those who avoid caffeine. Another study appearing in January found that drinking caffeinated coffee lowered a woman's risk of ovarian cancer.

(Editing by Julie Steenhuysen and Bill Trott) Read more!

Ikhwanul Muslimin: Kekuatan Islam di Mesir (Bhgn 2)

Sosok Albana yang cerdas, ikhlas, namun tetap memilih jalan perjuangan dengan kesederhanaannya, hal ini banyak menarik hati rakyat Mesir. Siapa pun yang diajaknya bicara selalu terkenang dengan kebersihan hati beliau yang memancar dari kedua matanya yang jernih dan senyumnya yang tulus. Albana selalu mengajak orang-orang yang ditemuinya untuk kembali ke jalan Islam yang lurus, untuk kembali ke jalan dakwah Rasulullah SAW yang hanya menggantungkan hidup dan kehidupan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Dakwah Ikhwan pun berkembang luas dan merekrut banyak kader di berbagai kota di Mesir.

Di tahun 1933, kantor Ikhwanul Muslimin dipindahkan dari Ismailiyah ke Kairo. Penekanan dakwah yang dilakukan Ikhwan adalah memakmurkan masjid-masjid, menghidupkan pembinaan (usrah) dalam arti sebenarnya dan hanya untuk menegakkan Islam dalam dada para anggotanya, mendirikan lembaga-lembaga pendidikan, perpustakaan-perpustakaan, dan pusat-pusat kegiatan sosial di Mesir.


Model dakwah Islam yang dilakukan Ikhwan ini selalu membantu dan meringankan kehidupan rakyat Mesir yang saat itu masih banyak yang kesusahan dalam arti sebenarnya. Selain menanamkan ruhiyah umat dengan tauhid yang benar, wala wal baro’ yang lurus, Ikhwan lewat Albana juga merintis usaha perekonomian kerakyatan yang banyak membantu kesulitan hidup rakyat Mesir kebanyakan. Inilah kiprah Albana yang mampu membuat gebrakan baru yang belum pernah dilakukan oleh para ulama besar di Al-Azhar saat itu.


Pada masa itu, banyak orang Mesir di Kairo yang alergi dengan nilai-nilai Islam. Barat dengan segala hal yang sesungguhnya merusak dianggap sebagai peradaban yang jauh lebih maju ketimbang Islam. Islam dipinggirkan dan dianggap sebagai agama yang jumud. Albana dengan Ikhwannya meluruskan anggapan yang keliru ini dengan tulus dan cinta. Umat tidak dicekoki dengan materi-materi tarbiyah yang nyeleneh, yang haq dinyatakan haq sedangkan yang bathil dikatakan bathil, jadi tidak pernah Ikhwan dan Albana “mengusap-usap” sesuatu yang makruh menjadi al-haq. Ketegasan Ikhwan seperti inilah yang membuatnya beda dan menarik hati ratusan ribu hingga jutaan umat Islam yang ada.






Garam Bukan Lipstik


Orientasi gerakan Ikhwan di Mesir ingin mengubah rakyat Mesir yang tadinya alergi terhadap Islam dan menderita minderwaardigheit-complex, perasaan minder karena beragama Islam, menjadi umat yang bangga dengan Islam. Strategi awal adalah memberi kejernihan dalam makna syahadat yang merupakan gerbang utama dalam berIslam. “Tiada Tuhan selain Allah SWT, dan Muhammad adalah Rasulullah SAW!” Inilah Islam yang sejati. Jadi tiada tuhan-tuhan yang lain selain Allah SWT.


Cita-cita besar gerakan Ikhwan di Mesir adalah mengubah masyarakat Mesir secara menyeluruh kepada masyarakat yang semata berlandaskan Syariah Islam. Dengan tegas Ikhwan selalu mengatakan memperjuangkan Syariah Islam dan tidak pernah malu-malu atau ragu untuk mengatakan hal itu.


Dalam waktu singkat, gerakan Ikhwan pun mendapat kader yang cukup banyak. Sehingga pada tahun 1936 mendapat perhatian khusus dari penguasa Mesir ketika itu. Seperti halnya Rasulullah SAW yang dalam mendakwahkan Islam banyak mengirim surat kepada raja-raja di Jazirah Arab untuk menerima Islam secara utuh dan membuang tradisi-tradisi yang tidak baik, Hasan Albana pun tanpa ragu dan tetap dengan santun namun tegas mengirimkan berbagai surat seruan kepada Raja Faruk dan para menterinya untuk sadar dan mau membuang undang-undang Barat yang sekuler dan menggantinya dengan Undang-Undang Islam, yakni kitab suci Al-Qur’an dan Al-Hadts.


Bukan itu saja, Albana juga menyerukan agar para pemimpin dan pejabat Mesir bisa mencontohkan hidup yang baik kepada rakyatnya seperti tidak hidup bermewah-mewahan (apalagi atas fasilitas negara yang sebenarnya merupakan uang rakyat) di tengah lautan kemiskinan dan kesulitan hidup rakyatnya, mengharamkan pergaulan bebas, mengharamkan berjudi dalam segala bentuknya, menghentikan segala acara yang dianggap mubazir dan foya-foya seperti yang ditampilkan di berbagai klub malam dan panggung hiburan, dan menegakkan sholat (jadi bukan hanya mengerjakan sholat).


Selain itu, dalam suratnya, Albana juga menyerukan agar para pejabat negara mulai membiasakan berbahasa Arab sebagai bahasa Al-Qur’an menggantikan bahasa Ingris dan Perancis yang saat itu biasa dilakukan para pejabat dalam acara-acara kenegaraan, menyekolahkan anak-anaknya di sekolah-sekolah Islam dan tidak memasukkan anak-anak Mesir ke sekolah-sekolah Barat yang secara akidah akan bisa sangat merusak.


Saat itu, surat seruan ini sangat menggemparkan Mesir. Banyak pejabat Mesir yang tidak suka karena mereka telah terbiasa hidup mewah dari fasilitas negara, namun rakyat kebanyakan sangat mendukung karena menganggap tugas asasi para pejabat negara dan alat-alat negara lainnya adalah melayani umat, bukan umat yang harus jadi pelayan atau bahkan sapi perah bagi para pejabat tersebut. Politik sesungguhnya adalah cara untuk mengIslamkan negara, bukan sebaliknya, Islam dijadikan sekadar alat politik untuk mencapai tujuan-tujuan duniawi yang sangat murah dan absurd. (rz/bersambung)




Baca bahagian 1 disini
Read more!

Sheikh Fadhlullah As-Suhaimi: Ulama pengasas PAS

Nama Sheikh Muhammad Fadhlullah as-Suhaimi sangat tidak asing di kalangan masyarakat Islam di negara ini, khususnya pada dekat 40-an hingga 60-an. Beliau bukan sahaja pendakwah yang terkemuka, tetapi juga pemimpin gerakan Islam yang amat berjasa di negara ini. Sheikh Fadhlullah Suhaimi merupakan anak kepada Sheikh Muhammad Suhaimi, wali Allah yang dipercayai oleh pengikut Kumpulan Al-Arqam yang akan muncul sebagai Imam Mahdi. Sheikh Fadhlullah Suhaimi dilahirkan pada 1886 di Singapura dalam sebuah keluarga ulama yang berketurunan Ba'Alawi Bani BaSyaiban yang berasal dari Hadhramaut. Keluarganya berpindah dari Tanah Arab ke India pada abad ke-10, kemudian ke Jawa, sebelum ke Singapura. Bapanya mempunyai murid yang ramai di Klang dan Singapura. Selepas mendapat pendidikan asas daripada bapanya, Kiyai Agung Sheikh Muhammad bin Abdullah Suhaimi, beliau telah berangkat ke Makkah untuk mendalami ilmu agama.

Menjelang Perang Dunia Pertama, Sheikh Fadhlullah Suhaimi sudah belajar di Universiti al-Azhar, Mesir. Ketika dí Mesir, beliau menjadi pengarang majalah 'al-Ittihad', sekali gus pengurus kepada Syarikat Ittihidah dan Matba'ah Ittihad. Beliau menyiapkan karya pertamanya, "Pelajaran Tauhid" terbitan Matba'ah Ittihad pada 1914. Beliau kemudian kembali ke Singapura dan dilantik sebagai Mudir Madrasah as-Saqqaf pada 1916 sebelum berhijrah ke Jawa kerana membuka sekolah Arab di sana. Selepas kembali ke Singapura beliau menerbitkan kitab-kitab agama dan menerbitkan majalah "Jasa" di Johor Bahru. Beliau juga mengasaskan Kullíyyah al-Attas di Johor Bahru atas dorongan Datuk Syed Hassan Ahmad al-Attas pada 1931. Pada 1937, beliau membuka Kulliyyah al-Firdaus yang mengajar tafsir dan fiqh di Singapura sehingga awal 1942 yang terhenti akibat perang Jepun. Selepas itu, Sheikh Fadhullah mengajar di Kota Bharu, Kelantan beberapa ketika pada zaman Jepun sehinggalah beliau dilantik sebagai mudir Kuliyyah al-Lughah wa ad-Din, Pekan, Pahang pada 1955.


Beliau juga pernah menjadi Imam di masjid al-Ma’ruf, Singapura selain menjadi Ahli Majlis Mesyuarat Jabatan Agama Islam Johor. Pada 1936, beliau mengasaskan Madrasah al–Ma'arif al-Islamiyah di Ipoh Road, Singapura yang kemudian diwarisi oleh anaknya, Ustaz Taha Suhaimi. Walaupun terlibat dalam dunia pendidikan di Singapura, Johor Bharu, Jawa , Kelantan dan Pahang, nama beliau mula menonjol dalam perdebatan Kaum Muda - Kaum Tua yang tercetus sebelum Perang Dunia Kedua lagi. Beliau yang mendokong fahaman Ahli Sunnah wal Jamaah bertentangan pendapat dengan Sheikh Hassan Ahmad atau terkenal sebagai Hassan Bandung yang dikatakan mendokong pemikiran Ibn Taimiyah dan Ibn Qayyim.


Melalui majalah "Pembela Islam" dan kitab Soal Jawab, Hassan Bandung melontarkan pemikiran-pemikiran baru yang dianggap bertentangan dengan Kaum Tua. Sheikh Fadhlullah kemudian menghasilkan "Buah Kulliyyah al-Attas" untuk menjawab pemikiran Hassan Bandung. Perdebatan berterusan ini membawa kepada cabaran oleh Hassan Bandung untuk berlawan pendapat melalui majalahnya, "Pembela Islam." Persoalan pegangan Ahli Sunnah, amalan bidaah dan fahaman Kaum Muda kemudian dijelaskan secara bijaksana oleh Sheikh Fadhlullah sehingga ia dapat diselesaikan dengan baik.

Walau bagaimanapun, Sheikh Fadhlullah dikatakan pernah berdebat dengah Hassan Bandung pada awal 1950 di Pulau Pinang. Beberapa pengikut Hassan Bandung yang terkenal seperti 'Sheikh' Tahir Jalaluddin, 'Sheikh' Abdullah Maghribi dan 'Sheikh' Ibrahim Aqibi bergiat di Pulau Pinang, kerana itu perdebatan berlaku di sana. Selain itu juga, beliau telah menghasilkan lebih Sebuah karya agama dalam pelbagai bidang seperti fiqh, tafsir, táuhid, sejarah, pemikiran Kaum Muda dan lain-lain, serta menterjemahkan kitab "al-Munjid" yang diterbitkan di Jakarta. Beliau juga dikatakan berjaya menghasilkan sebuah tafsir al-Quran. Tumpuan kegiatan dakwah beliau banyak terfokus kepada usaba-usaha membangunkan semula umat Islam seperti zaman kegemilangan dahulu. Beliau turut terlibat dalam gerakan tariqat kerana ayahnya sendiri adalah pengasas Aurad Muhammadiyah yang terkenal itu.

Gelaran yang diberikan oleh muridnya, Pehin Mufti Haji Ismail, 'al-'Allamah al-Murabbi al-khabir wal khatibul Qadir wa daie al-Basyir ila Allah asy – syaikh Muhammad Fadhlullah ibn asy - Syaikh Muhammad as-Suhaimi menggambarkan keluasan ilmunya. Dalam bidang politik, Sheikh Fadhlullah mula terlibat secara langsung ketika berada di Kelantan kerana kebanyakan muridnya terlibat dalam politik. Antara murid yang terkenal di kelantan ialah Ustaz Wan Sulaiman Ibrahim yang pernah belajar di Kuliah al-Attas sebelum menjadi wakil rakyat PAS 1959.

Syeikh Fadhlullah juga beberapa kali mewakili umat lslam di Kelantan dalam persidangan-persidangan politik Melayu di Kuala Lumpur sekitar selepas Perang Dunia Kedua. Di Singapura, beliau juga terlibat dalam beberapa pertubuhan Islam. Ketika gerakan kemerdekaan mulai memuncak, nama Sheikh Fadhlullah mulai terkenal sebagai seorang ulama yang aktif dalam gerakan antípenjajah. Semasa para ulama bersidang di Muar atas anjuran Umno, Sheikh Fadhlullah telah hadir mewakili umat Islam Singapura walaupun beliau bukan ahli Umno.


Dalam Persidangan Alim Ulama Malaya Kedua di Kuala Lumpur pada 23 Ogos 1951 yang telah berjaya menubuhkan PAS, Shaikh Fadhlullah memainkan peranan penting ke arah menjayakan usaha menubuhkan parti politik Islam ini. Walaupun tidak memegang apa-apa jawatan dalam PAS ketika itu, nama Sheikh Fadhlullah telah diputuskan oleh persidangan tersebut sebagai salah seorang daripada lima ulama yang akan mengemukakan rayuan kepada Raja-Raja Melayu untuk membolehkan sebuah pertubuhan ulama diasaskan, sekaligus menyelaraskan jabatan-jabatan agama di seluruh negara.

Walaupun nama beliau tidak muncul dalam kepemimpinan PAS selepas itu, tetapi beliau merupakan tenaga penting dalam meluaskan pengaruh PAS di Singapura pada awal 1950-an. Faktor kedudukan beliau sebagai Mudir Kulliyyah al-Lughah wa ad-Din di Pahang menghalang kegiatan politik belïau, tetapi anak beliau, Ustaz Taha Suhaimi telah menjadi pemimpin utama PAS Singapura sehingga 1965. Murid-murid beliau juga sama ada di Singapura, Johor, Pahang dan Kelantan kcbanyakannya menjadi pendukung perjuangan PAS di seluruh negara.

Sheikh Fadhlullah Suhaimi yang uzur kerana tua telah meninggal dunia di Singapura pada 16 ogos 1964 dalam usia 78 tahun. Dua anaknya yang terkenal ialah Ustaz Taha Suhaimi, Pesuruhjaya PAS Singapura dan Ustaz Kamil Suhaimi.

Sumber: Akhbar
HARAKAH, Ruangan FIKRAH 24 RABIULAKHIR - 9 JAMADILAWAL 1429H - 15 MEI 2008

الفاتحة


إرحم اللهم مثواه و بل بوابل الرحمة ثراه
و ارفع درجته و نور محلته و آنس وحشته
و اكتب حسنته و كن لنا و له وليا و بنا و به حفيا
اللهم آمين بجاه سيد المرسلين
و صلى الله على سيدنا محمد
و على آله و صحبه و سلم
و الحمد لله رب العالمين


Sumber: Bahrus Shofa
Read more!

Hassan, Husam and The Truth About Fuel Subsidy

**These good article has been taken from Bro Sheih kickdefella


Last night, Hassan Marican appeared on National Television willingly to bare all about Petronas. Unfortunately, the only answer he should have gave last night to those stupid panels (and moderator) was “Bloddy hell, what a stupid question! Go and **PAKLAH** yourself la!” but he remained calm though.


Most probably the instruction was to grill him as though the increase of fuel prices is all Petronas faults.


Meanwhile, Last week, before leaving for Dubai, Dato’ Husam Musa called for a Press Conference to reveal all the facts and to justify his claim that it is not necessary for the government to increase fuel prices. It is also to give his insights on how actually it is possible to reduce the fuel prices.


Unfortunately, none of it ever came out in the mainstream papers although we have about 30 journalist and broadcaster packing the small office. The TVPAS reporter came ten minutes later and arrogantly left the room because the session already started. As a result, the session goes unrecorded. It was a total blackout on what was said and PAS official organ too play a role in it.


I have written in this blog all the facts and have published the figures to justify the claim where many are more interested to use rhetoric and to show the slimy strength by demonstrating and cause misery to the already much affected taxi drivers and shoppers in KL.


To some politicians, it is easier to get your photos and story published in newspaper by behaving like hooligans in public places yet when you got the chance to speak up, only buckets of nonsense do come out.


Today I will continue with my essay and we will discuss how it is possible to reduce the price of fuel prices and to put a stop in the already escalating cost of living.



Kerajaan Tidak Berlaku Jujur Di dalam Soal Subsidi Bahan Bakar


Kerajaan mendakwa terpaksa membelanjakan hampir RM40 Billion untuk menampung subsidi bahan bakar. Ini adalah sebenarnya satu dusta ataupun, satu cubaan oleh kerajaan untuk mengelirukan rakyat Malaysia.


Hakikatnya adalah,


• Kerajaan tidak menanggung satu senpun untuk subsidi bahan bakar.
• Subsidi bahan bakar juga tidak termasuk dalam data perbelanjaan kerajaan.
• Subsidi bahan bakar sebenarnya tiada.
• Yang ada hanyalah wang yang dibelanjakan oleh kerajaan untuk subsidi tol, subsidi pengangkutan awam, subsidi bahan makanan dan lain-lain subsidi tetapi bukan untuk bahan bakar.


Oleh yang demikian, kenyataan berikut oleh Menteri Kewangan Ke Dua adalah tidak tepat dan bersifat cuba mengelirukan rakyat.



Data yang dikeluarkan oleh Perbendaharaan Negara jelas tidak seperti yang dinyatakan oleh Menteri Kewangan Ke Dua, Menteri-Menteri Kabinet, Abdullah Ahmad Badawi dan juga oleh Khairy Jamaluddin di Persidangan Agung UMNO 2007.


Data Perbendaharaan Negara menunjukkan maklumat berikut,



Menurut Laporan Perbendaharaan Negara dalam carta 4.3 Perbelanjaan Mengurus Kerajaan Persekutuan 2008, jumlah subsidi yang ditanggung Kerajaan pada tahun 2007 ialah RM12.1 billion iaitu 9.8% daripada RM124 Billion Perbelanjaan Mengurus Kerajaan. Manakala pada tahun 2008, jumlah subsidi yang diramal oleh kerajaan ialah RM10.1 Billion atau 7.9% daripada jumlah RM129 Billion peruntukan Perbelanjaan Mengurus Kerajaan yang diluluskan dalam belanjawan 2008.



Ini jelas menunjukkan bahawa perbelanjaan mengurus subsidi bahan bakar tidak pernah termasuk didalam perbelanjaan kerajaan kerana,


• Data perbelanjaan mengurus oleh Perbendaharaan menunjukkan jumlah yang lebih kecil dan tentu sekali tidak dapat menampung jumlah subsidi yang kononnya berjumlah RM40 Billion.
• Jumlah subsidi bahan bakar juga tidak termasuk di dalam data-data lain di dalam akaun kerajaan seperti yang tercatat di dalam laporan tahunan Perbendaharaan Negara.


Oleh yang demikian, dari manakah datangnya subsidi tersebut? Subsidi tersebut sebenarnya tidak pernah wujud.


Bahan bakar yang diguna untuk keperluan domestik diperolehi menerusi,


• Mekanisme tukaran minyak mentah negara.
• 400 tong minyak mentah berkualiti “Tapis Blend” iaitu minyak mentah berkualiti paling tinggi di tukar di pasaran global dengan keperluan minyak mentah dalam negara.
• Minyak mentah ini setelah diproses kepada petrol dan diesel di jual kepada rakyat pada harga yang ditentukan oleh kerajaan.
• Kerajaan memperolehi “keuntungan” bersih (kerana kerajaan tidak membelanjakan apa-apa) dari cukai yang dibayar oleh Syarikat Petroleum, Stesen-stesen minyak dan lain-lain pembekal.




Benarkah Minyak Mentah Malaysia Hanya Untuk Beberapa Tahun Lagi?


Kebelakangan ini, rakyat diberitahu bahawa sumber petroleum Malaysia akan berakhir dan negara akan menjadi pengimport bersih (net importer) bahan bakar ini. Ini dijadikan alasan oleh kerajaan untuk menaikan harga minyak dan seterusnya menarik “subsidi” bahan bakar bagi menyediakan rakyat dengan harga semasa bila negara mula mengimport minyak untuk kegunaan tempatan.


Bagaimanapun, Laporan Tahunan Petronas 2006 mencatatkan bahawa sumber minyak mentah Malaysia cukup sehingga tahun 2024.



Hassan Marican, Pemangku Pengerusi, Presiden dan Ketua Pegawai Eksekutif Petronas, pula menjelaskan kepada media bahawa pada tahun 2011 Malaysia akan menjadi net importer Petroleum kerana permintaan dalam negara akan melebihi keluaran minyak mentah negara. Ini bererti permintaan dalam negara akan melebihi 700 ribu tong sehari. Tetapi pada tahun 2011 dan seterusnya, negara akan masih mampu mengeluarkan 700 ribu tong minyak mentah sehari, itu tidak dinafikan oleh beliau.


Berdasarkan Laporan Tahunan Petronas semenjak 1980 melaporkan bahawa simpanan minyak mentah Malaysia semakin bertambah dan bukannya berkurang. Dalam tahun 1980. Dilaporkan bahawa simpanan minyak mentah Malaysia adalah sebanyak 3 billion tong, namun semenjak itu kita telah mengeluarkan lebih 4 billion tong dan hari ini kita hasih mengeluarkan sebanyak 650 ke 700 ribu tong sehari setiap hari selama 365 hari dan pada kadar ini boleh bertahan untuk 20 tahun lagi.


Sebenarnya, simpanan minyak mentah negara semakin bertambah dan bukannya berkurang. Pada tahun 2008, simpanan minyak mentah negara ialah 4 billion tong dan Malaysia berada di tempat ke 28 di dalam pemilik simpanan minyak terbesar dunia.



Minyak mentah Malaysia sebenarnya tidak akan kering dengan begitu cepat. Ini kerana Petronas, sebuah firma petroleum yang dimiliki oleh rakyat Malaysia melabur ratusan juta ringgit setiap tahun bagi mencari telaga minyak baru di seluruh dunia.


Menerusi pelaburan itu terhasilnya penemuan-penemuan baru dan menurut laporan yang sama, nisbah penggantian pada waktu ini ialah 1:1.8 liter.


Ini bererti, bagi setiap satu liter yang digunakan oleh Petronas menemui 1.8 liter sumber baharu. Ini bermakna kadar penggantian adalah lebih besar dari kadar penggunaan.



Penurunan Harga Minyak Tidak Mustahil


Bagi mengoptimunkan perolehan kerajaan menerusi minyak mentah kerajaan sebenarnya tidak perlu menaikan harga minyak. Bahkan kerajaan boleh mengoptimunkan perolehannya dengan menurunkan harga minyak pada waktu yang sama.




Pengurangan Penggunaan Petrol dan Diesel


Harga petrol Malaysia adalah yang tertinggi di kalangan negara-negara pengeluar minyak. Berdasarkan jumlah penduduk 26 juta orang dan kadar pengeluaran minyak mentah sebanyak 650 ke 700 ribu tong sehari, Malaysia mempunyai nisbah pengeluaran yang amat tinggi tetapi ianya tidak dinikmati oleh rakyatnya yang jauh lebih rendah dari negara-negara pengeluar lain.


Harga bahan bakar petrol dan diesel ini perlu diturunkan dan sememangnya mampu diturunkan. Antara proses-proses yang perlu diambil untuk menurunkannya adalah seperti berikut.


Peralihan daripada penggunaan Petrol dan Diesel kepada gas asli untuk kenderaan atau NGV perlu dilakukan kerana faktor-faktor berikut,


• Malaysia adalah negara ke 13 di dunia mempunyai simpanan gas asli terbesar. Pada tahun 2004, Dato’ Mustapha Mohamed mengumumkan simpanan gas asli Malaysia adalah sebanyak 89 trillion kaki padu.
• Walaupun kerajaan menggalakan penggunaan NGV kerana ia lebih bersih dan mesra alam tetapi kerajaan tidak mewajibkan setiap stesen minyak menyediakan kemudahan ini. Akibatnya stesen NGV amat terhad dan tertumpu di sekitar Lembah Klang sahaja.
• Penggunaan NGV secara meluas oleh pemilik kenderaan akan mengakibatkan permintaan terhadap petrol dan diesel berkurangan.
• Kesannya negara boleh menjual lebih minyak mentah dan ini akan membawa lebih banyak pulangan.
• Menerusi pendapatan lebihan ini, harga petrol dan diesel dapat dikurangkan lagi.




National Petroleum Advisory Council


Penubuhan semula National Petroleum Advisory Council (NPAC) bagi mengumpulkan pakar-pakar bagi merancang guna sumber tenaga negara dan mementuk polisi-polisi tenaga Negara yang berkesan. NPAC ditubuhkan bersama dengan penubuhan Petronas tetapi ianya sudah tidak wujud lagi pada hari ini.



Petronas sering mencatat keuntungan besar dari setahun ke setahun. Dan sebagai sebuah syarikat yang menjaga khazanah milik rakyat Malaysia, struktur organisasi Petronas perlu bermatlamat menjaga kepentingan rakyat.


Oleh itu NPAC perlu dihidupkan semula dengan melantik tokoh-tokoh berwibawa dan bukan semata-mata ‘perlantikan politik’. Dengan erti kata lain, menghidupkan semula NPAC tidak bermakna jika sekadar mahu melantik tokoh-tokoh UMNO yang telah ‘expire’ seperti contohnya dengan melantik Abdul Rahim Thamby Chik atau Zainuddin Maidin.




Check And Balance Di Dalam Petronas


Pada hari ini, Tan Sri Dato’ Mohd. Hassan Merican memegang ketiga-tiga jawatan tertinggi Petronas iaitu Sebagai Pengerusi, Presiden dan Ketua Pegawai Eksekutif Petronas. Sebelum ini dua jawatan ini disandang oleh individu berlainan.


Tanpa mahu mempertikaikan pencapaian dan kejayaan yang dibawa oleh Tan Sri Dato’ Seri Mohd. Hassan Marican sejak diteraju Petronas, namun dengan memegang ketiga-tiga jawatan ini, Tan Sri Dato’ Seri Mohd. Hassan Marican menjadi begitu kuat sehingga menyukarkan check and balance di dalam Petronas seterusnya mengakibatkan tiada ketelusan di dalam pengurusan Petronas.




Kesimpulan


Rakyat Malaysia seharusnya menikmati kemakmuran daripada kenaikan harga minyak dipasaran dunia. Sebagai pengeksport bersih minyak mentah, kenaikan harga minyak beerti pulangan tambahan kepada negara.


Malang sekali, bukan sahaja tidak dapat menikmati kemakmuran daripada sumber hasil negara ini, rakyat Malaysia dibebankan pula oleh kenaikan harga minyak yang seterusnya memberi kesan berantai terhadap harga barang-barang keperluan.


Berdasarkan hujah-hujah dan data-data yang telah diketengahkan, terbukti bahawa tindakan kerajaan untuk menaikan harga minyak adalah tidak berasas.


Ini membuktikan kelemahan di dalam pengurusan oleh kerajaan dibawah pimpinan Perdana Menteri Abdullah Ahmad Badawi.


Rakyat Malaysia seharusnya menuntut hak mengecapi kemakmuran sebagai negara pengeluar minyak dan menyeru kerajaan menurunkan semula harga minyak. Jika ini tidak dilakukan, ekonomi negara akan merudum dan rakyat bukan sahaja akan menderita akibatnya tetapi terpaksa pula berdepan dengan pelbagai masalah sosial yang berpunca darinya.




Pulangkan Hak Rakyat Segera!



Type rest of the post here
Read more!